RSS

My life inside the living place

Aku pernah bilang, mungkin kehidupan perkelas-an ku kurang bagus. Yaaah....sekarang baru aku merasakan bagaimana itu 'disisihkan', 'dipandang dengan tatapan aneh dan direndahkan', tak ketinggalan, 'tak diharapkan'. Padahal selama limabelas tahun hidupku, baru kini kualami hal seperti itu. Aku memang berbeda, tapi rasanya dulu itu bukanlah masalah. Temanku memang tidak banyak, namun aku selalu mendapatkan tempat.

Aku tak tahu pasti mengapa mereka bersikap seperti itu padaku, meski tak langsung. Mereka tersenyum,menyapaku,bertanya padaku jika membutuhkan sesuatu, tapi mereka juga seringkali mentertawakan 'public speaking'ku,dan panik saat tahu mereka sekelompok denganku.

Meski bukan lantas berarti mereka jahat, astaga, aku malah membuat mereka terlihat jahat, tidak, aku tahu mereka tidak jahat.

Mereka hanya bingung.Bingung bagaimana harus menyikapi karakterku. Aku ingin percaya begitu.

Tapi mereka hanya bisa bingung, sama sekali tak membantu. Bahkan membuatku makin sakit. Semakin sakit. Semakin frustasi.

Tapi,sungguh, aku tak membenci mereka, meski seringkali keteguhanku runtuh, dan aku lari ke belakang sekolah, menyanyi dengan miris,atau berteriak,disusul menangis. Seperti bocah yang miris. Cengeng.

Sayangnya, aku menyayangi mereka, seperti menyayangi keluargaku sendiri.

Karena apa? Karena mereka memberiku sesuatu yang berharga. Sesuatu yang tak dapat dibeli dan dicari dengan mudah.

Mereka memberiku....sudut pandang baru dalam memandang segalanya...

Bayangkan ada sekelompok anak yang sedang bermain dengan riangnya. Mereka bergandengan, membentuk lingkaran. Gembira sekali. Tiba-tiba ada seorang anak yang melihat keriaan itu, dan ia ingin ikut bermain juga. Tapi tak seorangpun yang mengerti keinginannya. Meski dia berteriak dan mengiba.
 .
Meskipun beberapa dari anak di dalam lingkaran tersenyum padanya, dengan janji akan menemaninya bermain nanti.
 Dia ikhlas, bermain di luar lingkaran, meski sendirian. Dia bermain sendiri, dan jika ia bosan, diamatinya langit, pepohonan, rerumputan, dan manusia. Dan menyadari bahwa keberadaannya akan tetap ada. Dan akan tetap ada sampai kapan pun jua.

..........................................

Mereka memberiku sudut pandang itu, bukan sebagai anak-anak yang membuat suatu lingkaran, tapi sebagai anak yang berada di luar lingkaran, mengawasi sgalanya, dalam sudut yang lebih luas. Dan bagaimana untuk menjadi jauh lebih bijaksana.

Teman-teman, meski kalian tidak, asal tahu saja, aku sayang kalian.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar