RSS

Someone in my living sanctuary...

Ada seseorang di kelasku yang kini membuatku sangat mencemaskannya.
Padahal, selama ini statusnya adalah 'patut diwaspadai', olehku dan sahabat-sahabatku.

Karena pernah ada suatu kejadian antara kami, kejadian yang mengguncang satu almamater,yang mengguncang hidup kami. Tapi justru di situ letak keanehannya, karena kami tak pernah saling bertegur sapa, bahkan tak ada umpatan yang bersahutan di depan muka.

Oke, lupakan 'kami'. Mungkin aku memang pernah menginvestasikan dosaku padanya. Tapi itu 'aku' yang dulu, yang dipenuhi kepolosan menggebu, meski tanpa tanda.

Selama bertahun-tahun, kuobati luka hati dan kekecewaan pada diri sendiri, sambil mengonsep tempat dan saat yang tepat untuk mengemis maaf.

Sedang ragaku, tertawa di depanmu besama teman-temanku yang gokil dan lugu,menjalani hidup. Secara ajaib dapat bersua denganmu setiap hari. Meski tak akan ada salam manis, atau ucapan selamat pagi. Dan aku senang meski kesal, karena ternyata kehadiran kita dalam satu tempat berefek buruk pada kehidupan perkelas-an ku. Meski lagi-lagi tiada untukmu lisan, tiada untukmu senyuman. Malah rengutan,yang seringkali kusajikan padamu.

Tapi karena itu kusadari sesuatu,bodoh memang, baru kusadari sekarang.

Waktu pelajaran menggambar, kudengar tenggorokanmu membentur-benturkan udara,entah buat mengusir apa,atau sekedar menggaruk gatal yang mencaploknya,aku tak tahu,saat aku duduk di depanmu,membantu temanku menggambar batu, setengah tahun yang lalu.
Terakhir kudengar suara itu, saat kau memalak salam pulang pada pak guru tersayang di belakang telinga kiriku,yang sedang absen dari headset saat itu. Kemarin.

Baru ku sadar, dalam jeda waktu setengah tahun itu setiap berada di dekat tubuh ringkihmu, kudengar udara mengutuk,karena dipaksa keluar oleh paru-parumu.

Kuharap kau tak mengiyakan;

''Teman, apa kau sakit?''

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar